Kisah Biografi Iwan Tirta dan Karyanya
Lahir: 18 April 1935, Kabupaten Blora
Meninggal: 31 Juli 2010, Kecamatan Menteng, Jakarta
Lahir: 18 April 1935; Blora, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Buku: Batik: sebuah lakon
PERSONAL
Nama Nusjirwan Tirtaamidjaja mungkin tidak banyak dikenal publik. Namun, ketika nama Iwan Tirta yang disebut, maka tidak hanya publik Indonesia, tapi juga publik internasional akan segera mengenalnya sebagai maestro batik yang berasal dari Indonesia.
Mungkin banyak orang yang tidak tahu, bahwa pria yang lahir pada 18 April 1935 di Blora, Jawa Tengah ini adalah pecinta batik sejati. Hal ini tentunya tidak lepas dari darah yang diwarisinya dari seorang Sunda, Mr. Moh Husein Tirtaamidjaja yang berasal dari Purwakarta, Jawa Barat (anggota MA RI 1950-1958) dan ibu yang berasal dari Lintau, Sumatera Barat.
Perkenalannya dengan budaya Jawa terjadi ketika orang tua Iwan harus bertugas di Jawa Tengah untuk menjadi seorang priyayi.
Iwan sempat menempuh pendidikan di chool of Oriental and African Studies di London University dan meraih Master of Laws dari Yale University, Amerika Serikat. Namun, rupanya hidup Iwan sepenuhnya menjadi milik batik.
Karya-karya cemerlang Iwan adalah keberhasilannya merubah selembar kain batik sederhana, yang biasanya hanya dililitkan ke tubuh, menjadi sebuah gaun yang sangat indah yang tidak kalah dari gaun-gaun Barat. Hal inilah yang membuat dirinya dianggap sebagai seorang maestro, ketika dirinya mampu memadukan keindahan tradisional Batik dengan kepraktisan pakaian ala Barat.
Namun sayang, setelah menghabiskan seluruh hidupnya demi kelestarian dan kepopuleran batik di seluruh dunia, Indonesia harus kehilangan sang maestro batik, karena Iwan Tirta berpulang pada Sabtu, 31 Juli 2010 pada pukul 8.30 di RS Abdi Waluyo. Almarhum disemayamkan di Jl.Panarukan 25 Menteng, Jakarta.
KARIR
Ketertarikan sang maestro dimulai pada sekitar tahun 1960an. Saat itu Iwan sedang bersekolah di Amerika Serikat, dan sering mendapat pertanyaan mengenai budaya Indonesia. Namun, secara khusus, ketertarikan Iwan kepada batik dimulai ketika dirinya mendapat dana hibah dari John D. Rockefeller IIi untuk mempelajaru tarian keraton kesunanan Surakarta. Dari sinilah Iwan mulai mendalami batik dan mendokumentasi serta melestarikan salah satu ke-khas-an Indonesia ini. Penelitian pertama ini disimpulkannya dalam buku pertamanya yang berjudul Batik, Patterns, and Motifs, pada 1966.
Buku kedua Iwan tentang batik ia luncurkan tiga puluh tahun kemudian, setelah pemahaman dan pengalamannya yang lebih dalam mengenai batik, yang berjudul Batik, A Play of Light and Shades. Buku ini adalah hasil dari pergaulannya yang luas dengan banyak orang dari dunia Timur maupun Barat. Hal inilah yang membuat batik dapat diterima tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di banyak negara di seluruh dunia.
Selain merancang busana, Iwan juga memiliki ketertarikan lain, yaitu pada seni kria. Jiwa seninya ditumpahkannya pada perak, dengan tetap menggunakan motif batik. Kedekatannya dengan keraton Jawa mengijinkan Iwan untuk bermain dan menciptakan sesuatu yang baru, sepertoi motif batik modang yang dijadikan ragam hiasan pada tempat tutup perhiasan. Tempat sirih perak buatannya juga menghiasi lobi Hotel Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Selain itu, Iwan juga sempat mendesain peralatan makan yang bermotif batik. Beberapa perhiasan juga sempat didesainnya, yang merupakan hasil dari inspirasi perhiasan Keraton.
Hal ini rupanya tidak menjadikan kecintaannya pada batik hilang. Dia terus mendokumentasikan motif batik tua, seperti milik Puri Mangkunegaran, Solo dengan bantuan pengusaha Rachmat Gobel.
Iwan juga sempat menyatakan keprihatinannya mengenai pengakuan Malaysia atas batik Indonesia. Dirinya menyatakan bahwa batik Indonesia tidak akan bisa disamakan karena keunikan yang dimilikinya.
Bahkan sampai usia senjanya, Iwan masih menyatakan bahwa dirinya masih punya banyak ide untuk mengembangkan batik, perak, porselen, dan perhiasan. Iwan bertekad akan terus membatik juga menjadi emban batik sampai dirinya tidak mampu lagi karena usia lanjut.